Kuangkat tas berisi penuh sepatu dan bajuku…
Tiga pasang sepatu dan baju ballet yang sudah tampak sedikit usang sudah terlipat rapi disana
Aku hanya ingin menari
menari membuatku melupakan segalanya,
Semua problematika duniawi yang sangat memusingkanku...
Pria biadab itu, yang membuat langkahku terhenti karena patah hati oleh ketampanannya
Kegagalan kegagalan yang kualami dalam pertandingan menariku
Ayahku yang sangat menentangku dalam mencapai cita
Oh Tuhan...belum lagi
Kakiku yang cedera beberapa bulan yang lalu dan menyebabkan aku harus terbaring selama kurang lebih satu bulan ditempat tidur usangku.
Aku hanya ingin bahagia ....
Aku hanya ingin menari
Aku melangkah keluar dari kamarku, kututup pintunya yang sudah tua dan lapuk itu
Bunyi berderik terdengar jelas.
Seandainya banyak orang yang tinggal dirumah ini, maka mereka semua dapat mendengar derikannya.
Aku berjalan menuju tangga
Kuturuni satu persatu anak tangga itu, kugerakkan tubuhku lemah gemulai mengikuti ritme tangga yang melingkar itu
Aku bersenandung....kunyanyikan lagu yang akan mengiringi tarianku
Senyum kecil dan semburat merah tampak jelas diwajahku..aku dapat melihatnya dikaca
Tampak kabur memang kaca tua itu, penuh dengan bercak waktu
tapi dapat kulihat jelas rona itu.
Aku berkhayal berada di panggung pertandingan nanti malam
disana semua mata tampak terpaku pada tarianku yang indah...mereka terpukau dan terbuai oleh indahnya gerakanku
salahkah aku berkhayal bercinta dengan tarianku....
karena hanya itu cinta sejatiku..
Satu, dua, satu, dua...dalam hati aku berhitung
Lima hitungan dan lima macam gerakan telah kucoba lagi dan lagi..
Aku masih harus berlatih
Rasa tidak puas terus menggerogoti percaya diriku
Masih kurang yakin rasanya, tubuh ini tak dapat berhenti bergerak mengikuti irama dalam kepalaku...
Terus berputar
Kakiku ngilu...
Perih tiba tiba menyerang.
Kuhentikan langkahku menuju pintu utama.
Satu menit, kakiku terasa keram dan membeku...
Bekas luka dan cedera itu masih ada,
Masih berbekas di tulang tulangku...
Aku memaki kebodohanku yang membuatnya cedera
Seandainya hari itu aku berhati hati ...
Tuhan, izinkan aku....
Izinkan aku menari..
Tarian terbaik untuknya, kupandang foto ibuku disudut ruangan
Dia begitu indah, bahkan aku sendiripun tak sanggup menandingi keindahannya.
Begitu menawan.
Rambut coklatnya yang tergerai indah, mata birunya yang sangat bulat
Tajam menatap ke kamera yang mengabadikannya
Ibu aku rindu padamu...
Aku memalingkan wajahku,
Tenggorokanku tercekat, nadir darah dalam tubuhku bergejolak,
Aku harus memenangkan kompetisi kali ini.
Tekadku bulat..
Semangatku menyala,
Ditengah semua kekurangan dan kebimbangan hatiku...
Dalam hati sebenarnya ku meragu..
Akankah..
Aku membuatnya bahagia
Akankah aku membuatnya bangga padaku...
Tarian dan musiklah yang membuatku bertahan hingga saat ini.
Kehilangan semua yang aku miliki
Tarianlah sahabat sejatiku
Kucinta tarianku....
Dia Yang menerbangkan lamunanku menemui dirimu...
Hanya satu,
Suatu hari aku harus menjadi sepertimu ibu.
Ibuku....sorang penari ballet yang sangat terkenal,
Dia dan ayahku berkeliling dunia
Saat itu ayahkulah yang menjadi managernya
Mereka telah mengibarkan bendera kecintaan mereka pada ballet ke hampir seluruh negara di eropa,
Pusat seni tarian ballet dunia.Sebut saja wina, praha, dan masih banyak negara lainnya.
Masih kuingat dengan jelas, aku berada disana, menyaksikan ayah menepuk nepuk tangannya
Bangga
Pada ibu yang sangat menawan diatas panggung itu
Dibawah sorotan lampu, dia sangat Indah..
Ayah tak pernah berhenti menatapnya walau sedetikpun...
Ada cinta yang besar disana untuk ibuku.
Semuanya pupus Seketika...
ketika mereka mengalami kecelakaan di tahun 1991
disuatu pagi yang hening, mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan serius
yang menyebabkan ibuku tiada..
hari itu merupakan hari tersedih bagi ayah dan aku
Hanya ayah yang kembali padaku...
Ibu berkelana entah kemana
Aku merindukannya
Sangat...
Tanpa kusadari air mataku jatuh
Ibuku...kelelahan dan ketamakan dunia mengambilnya dari sisiku.
2009
Masih kuingat jelas, tarian tarian indah yang dia ajarkan padaku.
Langkah demi langkah...
Gerakan demi gerakan membahana dalam jiwaku...
Aku merindukannya, merindukan belaiannya
Merindukan saat saat dia menyemangatiku ketika aku lelah dan terjatuh
Demi sebuah cita..
Hari ini,
Aku akan menari untukmu ibu.
Tanpa restu dari ayah untukku.
Dia sangat membenci tarian tarian itu..
Dia mengutuk mereka yang telah merenggutmu darinya
Dia masih kehilangan...
Ya, ayah sangat membenciku ketika aku mengenakan semua atribut tariku
Aku tahu..
Hatinya terkoyak, hatinya terluka..
Aku mengingatkannya akan kenangan pedih kepergian ibu
Dia marah....Murka dan membentakku
Dia mengancamku..
Setiap kali melihatku bepergian untuk mewujudkan impianku..
”aku tidak mau kau berakhir seperti ibumu” ujarnya,
Sempat aku berhenti untuk menurutinya
Tapi jiwa penariku
Terus memanggil, merongrong tubuhku untuk bergerak dan mengikuti irama.
Aku tak kuasa..
Panggilan ini terlalu jelas untukku.
Maafkan aku ayah...
Inilah aku... aku bukan ibu
Inilah aku...
Yang akan membuatmu bangga,
Dengan caraku...
Akhirnya, niatku yang besar mengalahkan amarahnya
Hari ini ayah hanya duduk terdiam disudut ruangan, menatap nanar keberangkatanku
Dia tahu aku akan kemana....
Dia hanya diam...
Tanpa kata
Tanpa gerakan yang berarti
Tatapannya kosong
Ketakutan masih jelas tersimpan dalam dirinya..
”Ayah, aku pergi dulu... doakan aku” ujarku lirih.
Ayah hanya membalikkan wajahnya membelakangi tubuhku...
Aku menarik tubuhku kebelakang.
Aku sudah terbiasa akan penolakan ini.
Suasanan hening sejenak...
” Hati hati...jaga dirimu” ujarnya..
”Hanya kau yang aku miliki, aku akan mengalahkan egoku, kecemasanku, api amarahku akan kehilangan demi kau..anakku. Pergilah, gapailah mimpimu... Jika ”tarian” itu jalanmu... cintamu.. raihlah.. kejarlah
Tak seharusnya aku menghalangi semua itu.
Maafkan ayah...”
Aku terhenyak kaget...
Akhirnya dia melepasku..
Matanya berkaca kaca
Aku tahu
Aku sadar berat baginya untuk berkata demikian
Seorang pria tua yang kehilangan istrinya, dan membenci tarian..
Kini harus merelakan aku diambil oleh ”mimpi-mimpiku”
Tapi ayah tahu... bahagiaku adalah bahagianya juga.
Dia merelakanku..untuk terbang bersama ritme tarian yang kucintai
”Terlalu picik rasanya jika aku mendengarkan mereka yang menakut nakuti aku, yang terpenting untukku adalah kau bahagia anakku”
Senyum yang tampak sangat berat, tersungging dibalik bibir tuanya.
Oh ayah...kaulah malaikatku.
Aku memeluk erat tubuh ayahku yang telah renta itu.
Rambut putihnya menutupi wajahku
Kebijaksanaan menghangatkan ruangan ini,
Kebijaksanaan dari seorang ayah.
Gemuruh semangat dan deru jiwa dalam tarianku membumbui suasana ini.
Kisah ini hanya sepenggal kisah, kecintaanku pada tarian, pada apa yang aku pilih
Aku yakin inilah jalanku
Aku yakin inilah takdirku...
Tarianku membawaku menuju jalannya...
Aku menempuhnya..dengan segala jurang terjalnya dan kerikil tajamnya.
Aku terluka, berulang kali aku tertatih untuk meraihnya.
Kini aku disini..
Kekuatan cinta dan kebijaksanaan telah membawaku disini
Kulangkahkan kakiku menuju foto ibuku.
Ibu ini aku, aku adalah aku..
Perjuangan kita sama...kita cinta Tarian kita
Aku akan melanjutkannya ibu.
Kuambil foto tua itu, ibuku tampak sangat cantik dan muda disana
Kubuka tasku, kumasukkan foto itu.
Sepasang foto menghiasi diaryku...
Ayah dan ibu yang sedang memelukku ...
Dan foto ibu yang sedang menari untukku...
Aku mengingatnya..
”Ayah aku pergi dulu...” ujarku
Ayah hanya mengangguk...
Tampak berat tapi cintanya padaku membuatnya ikhlas melepasku..
Bus tua itu sudah menungguku, untuk membawa aku dan tarianku mengejar cita kami...