Thursday, June 30, 2011

Tarianku

Kuangkat tas berisi penuh sepatu dan bajuku…
Tiga pasang sepatu dan baju ballet yang sudah tampak sedikit usang sudah terlipat rapi disana
Aku hanya ingin menari
menari membuatku melupakan segalanya,
Semua problematika duniawi yang sangat memusingkanku...

Pria biadab itu, yang membuat langkahku terhenti karena patah hati oleh ketampanannya
Kegagalan kegagalan yang kualami dalam pertandingan menariku
Ayahku yang sangat menentangku dalam mencapai cita
Oh Tuhan...belum lagi
Kakiku yang cedera beberapa bulan yang lalu dan menyebabkan aku harus terbaring selama kurang lebih satu bulan ditempat tidur usangku.
Aku hanya ingin bahagia ....
Aku hanya ingin menari

Aku melangkah keluar dari kamarku, kututup pintunya yang sudah tua dan lapuk itu
Bunyi berderik terdengar jelas.
Seandainya banyak orang yang tinggal dirumah ini, maka mereka semua dapat mendengar derikannya.
Aku berjalan menuju tangga
Kuturuni satu persatu anak tangga itu, kugerakkan tubuhku lemah gemulai mengikuti ritme tangga yang melingkar itu
Aku bersenandung....kunyanyikan lagu yang akan mengiringi tarianku
Senyum kecil dan semburat merah tampak jelas diwajahku..aku dapat melihatnya dikaca
Tampak kabur memang kaca tua itu, penuh dengan bercak waktu
 tapi dapat kulihat jelas rona itu.
Aku berkhayal berada di panggung pertandingan nanti malam
disana semua mata tampak terpaku pada tarianku yang indah...mereka terpukau dan terbuai oleh indahnya gerakanku
salahkah aku berkhayal bercinta dengan tarianku....
karena hanya itu cinta sejatiku..


Satu, dua, satu, dua...dalam hati aku berhitung
Lima hitungan dan lima macam gerakan telah kucoba lagi dan lagi..
Aku masih harus berlatih
Rasa tidak puas terus menggerogoti percaya diriku
Masih kurang yakin rasanya, tubuh ini tak dapat berhenti bergerak mengikuti irama dalam kepalaku...
Terus berputar

Kakiku ngilu...
Perih tiba tiba menyerang.
Kuhentikan langkahku menuju pintu utama.
Satu menit, kakiku terasa keram dan membeku...
Bekas luka dan cedera itu masih ada,
Masih berbekas di tulang tulangku...
Aku memaki kebodohanku yang membuatnya cedera
Seandainya hari itu aku berhati hati ...

Tuhan, izinkan aku....
Izinkan aku menari..
Tarian terbaik untuknya, kupandang foto ibuku disudut ruangan
Dia begitu indah, bahkan aku sendiripun tak sanggup menandingi keindahannya.
Begitu menawan.
Rambut coklatnya yang tergerai indah, mata birunya yang sangat bulat
Tajam menatap ke kamera yang mengabadikannya
Ibu aku rindu padamu...

Aku memalingkan wajahku,
Tenggorokanku tercekat, nadir darah dalam tubuhku bergejolak,
Aku harus memenangkan kompetisi kali ini.
Tekadku bulat..
Semangatku menyala,
Ditengah semua kekurangan dan kebimbangan hatiku...
Dalam hati sebenarnya ku meragu..
Akankah..
Aku membuatnya bahagia
Akankah aku membuatnya bangga padaku...
Tarian dan musiklah yang membuatku bertahan hingga saat ini.
Kehilangan semua yang aku miliki
Tarianlah sahabat sejatiku
Kucinta tarianku....
Dia Yang menerbangkan lamunanku menemui dirimu...

Hanya satu,
Suatu hari aku harus menjadi sepertimu ibu.

Ibuku....sorang penari ballet yang sangat terkenal,
Dia dan ayahku berkeliling dunia
Saat itu ayahkulah yang menjadi managernya
Mereka telah mengibarkan bendera kecintaan mereka pada ballet ke hampir seluruh negara di eropa,
Pusat seni tarian ballet dunia.Sebut saja wina, praha, dan masih banyak negara lainnya.
Masih kuingat dengan jelas, aku berada disana, menyaksikan ayah menepuk nepuk tangannya
Bangga
Pada ibu yang sangat menawan diatas panggung itu
Dibawah sorotan lampu, dia sangat Indah..
Ayah tak pernah berhenti menatapnya walau sedetikpun...
Ada cinta yang besar disana untuk ibuku.

Semuanya pupus Seketika...
ketika mereka mengalami kecelakaan di tahun 1991
disuatu pagi yang hening, mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan serius
yang menyebabkan ibuku tiada..
hari itu merupakan hari tersedih bagi ayah dan aku
Hanya ayah yang kembali padaku...
Ibu berkelana entah kemana
Aku merindukannya
Sangat...
Tanpa kusadari air mataku jatuh
Ibuku...kelelahan dan ketamakan dunia mengambilnya dari sisiku.

2009
Masih kuingat jelas, tarian tarian indah yang dia ajarkan padaku.
Langkah demi langkah...
Gerakan demi gerakan membahana dalam jiwaku...
Aku merindukannya, merindukan belaiannya
Merindukan saat saat dia menyemangatiku ketika aku lelah dan terjatuh
Demi sebuah cita..

Hari ini,
Aku akan menari untukmu ibu.
Tanpa restu dari ayah untukku.
Dia sangat membenci tarian tarian itu..
Dia mengutuk mereka yang telah merenggutmu darinya
Dia masih kehilangan...

Ya, ayah sangat membenciku ketika aku mengenakan semua atribut tariku
Aku tahu..
Hatinya terkoyak, hatinya terluka..
Aku mengingatkannya akan kenangan pedih kepergian ibu
Dia marah....Murka dan membentakku
Dia mengancamku..
Setiap kali melihatku bepergian untuk mewujudkan impianku..
”aku tidak mau kau berakhir seperti ibumu” ujarnya,
Sempat aku berhenti untuk menurutinya

Tapi jiwa penariku
Terus memanggil, merongrong tubuhku untuk bergerak dan mengikuti irama.
Aku tak kuasa..
Panggilan ini terlalu jelas untukku.
Maafkan aku ayah...
Inilah aku... aku bukan ibu
Inilah aku...
Yang akan membuatmu bangga,
Dengan caraku...
Akhirnya, niatku yang besar mengalahkan amarahnya
Hari ini ayah hanya duduk terdiam disudut ruangan, menatap nanar keberangkatanku
Dia tahu aku akan kemana....
Dia hanya diam...
Tanpa kata
Tanpa gerakan yang berarti
Tatapannya kosong
Ketakutan masih jelas tersimpan dalam dirinya..

”Ayah, aku pergi dulu... doakan aku” ujarku lirih.
Ayah hanya membalikkan wajahnya membelakangi tubuhku...
Aku menarik tubuhku kebelakang.
Aku sudah terbiasa akan penolakan ini.

Suasanan hening sejenak...
” Hati hati...jaga dirimu” ujarnya..
”Hanya kau yang aku miliki, aku akan mengalahkan egoku, kecemasanku, api amarahku akan kehilangan demi kau..anakku. Pergilah, gapailah mimpimu... Jika ”tarian” itu jalanmu... cintamu.. raihlah.. kejarlah
Tak seharusnya aku menghalangi semua itu.
Maafkan ayah...”
Aku terhenyak kaget...
Akhirnya dia melepasku..

Matanya berkaca kaca
Aku tahu
Aku sadar berat baginya untuk berkata demikian
Seorang pria tua yang kehilangan istrinya, dan membenci tarian..
Kini harus merelakan aku diambil oleh ”mimpi-mimpiku”
Tapi ayah tahu... bahagiaku adalah bahagianya juga.
Dia merelakanku..untuk terbang bersama ritme tarian yang kucintai
”Terlalu picik rasanya jika aku mendengarkan mereka yang menakut nakuti aku, yang terpenting untukku adalah kau bahagia anakku”
Senyum yang tampak sangat berat, tersungging dibalik bibir tuanya.
Oh ayah...kaulah malaikatku.

Aku memeluk erat tubuh ayahku yang telah renta itu.
Rambut putihnya menutupi wajahku
Kebijaksanaan menghangatkan ruangan ini,
Kebijaksanaan dari seorang ayah.
Gemuruh semangat dan deru jiwa dalam tarianku membumbui suasana ini.
Kisah ini hanya sepenggal kisah, kecintaanku pada tarian, pada apa yang aku pilih

Aku yakin inilah jalanku
Aku yakin inilah takdirku...
Tarianku membawaku menuju jalannya...
Aku menempuhnya..dengan segala jurang terjalnya  dan kerikil tajamnya.
Aku terluka, berulang kali aku tertatih untuk meraihnya.
Kini aku disini..
Kekuatan cinta dan kebijaksanaan telah membawaku disini

Kulangkahkan kakiku menuju foto ibuku.
Ibu ini aku, aku adalah aku..
Perjuangan kita sama...kita cinta Tarian kita
Aku akan melanjutkannya ibu.
Kuambil foto tua itu, ibuku tampak sangat cantik dan muda disana
Kubuka tasku, kumasukkan foto itu.

Sepasang foto menghiasi diaryku...
Ayah dan ibu yang sedang memelukku ...
Dan foto ibu yang sedang menari untukku...
Aku mengingatnya..

”Ayah aku pergi dulu...” ujarku
Ayah hanya mengangguk...
Tampak berat tapi cintanya padaku membuatnya ikhlas melepasku..

Bus tua itu sudah menungguku, untuk membawa aku dan tarianku mengejar cita kami...



Monday, June 13, 2011

Lelahnya Jiwa

Kutatap sudut kota ini
Gerah..panas..dan debu
Membakar merasuk sukmaku
Api dendam tetap menyala membakar darah dalam nadiku

Seketika aku terhenyak
Puluhan jam
Bahkan puluhan hari sudah kuhabiskan
Untuk meneguk gelombang emosi jiwa yang menggila
Dikota nista ini

Tubuhku hancur
Redam dimakan hiruk pikuk kota
Ganas..ujarku
Dengan ganasnya dia memakan masa mudaku dan orang orang yang hidup didalamnya

Amarah raga tak kuasa membendung asa
Ingin aku berlari menyusuri kebodohan dan tipu daya kota kelam ini
Aku ingin lepas

Kulewati pohon pohon tua usang yang tak lagi bernafas,
Kumenghela ragaku mencoba mencerna rasa yang masih tersisa pada mereka,
Berat memang menjadi bagian kota ini
Nafas yang seharusnya menjadi hak bagi jiwaku menjadi sulit karena kenistaannya

Alunan musik ibukota merajam semua orang disini
Termasuk aku
Aku lelah..
Kumaki diriku sendiri tanpa adanya alasan yang tepat
Masih ditempat yang sama
Kususuri alunan alunan kelam dan tak beraturan dari kota ini
Aku lelah
setengah tubuhku mati suri, tak bergeming..
Kurasakan desahan nafas panasku sendiri
Peluh membasahi seluruh wajahku,
Kotor dan nista
Syaraf motorikku mati seketika karena lekangnya waktu dan usia
Hanya alunan musik malam menemani kekelalahan jiwa ini
Aku kalah dan menyerah

Wednesday, June 8, 2011

Semangkuk Indomie

Indomie Sang Jawara

Indomie adalah salah satu merk barang dagang konsumsi yang sangat diminati di Indonesia
Memang tidak ada matinya...
Walaupun kompetitor mie instant berkemasan plastik ini muncul hampir setiap tahunnya
Indomie tetap menjadi raja mie instant di beberapa dekade terakhir ini.

Dimulai di awal tahun 90an
Ketika aku mulai tergila gila sarapan dengan mie instant satu ini,
Tidak sehat memang, tetapi harganya yang murah menjadikannya komoditi paling dicari oleh masyarakat indonesia,
Saat itu sebungkus indomie goreng tampak sangat besar dan lezat bagiku yang baru berumur 8 tahun.

Murah...hal itu yang menjadi pertimbangan ibuku dan ibu ibu lain untuk mengkonsumsinya setiap hari, dan membelinya dalam jumlah banyak untuk stock selama satu bulan
satu bungkus indomie instant hanya diharga 300 perak pada saat itu,

Sekarang, hampir 20 tahun berlalu
Tepatnya ditahun 2011,
Indomie tetap menjadi andalan masyarakat indonesia kebanyakan
Harganya pun telah melonjak menjadi sepuluh kali lipat
Namun tetap saja laris manis...
Bahkan mie instant satu ini semakin eksis saja dengan ekpansinya dalam bentuk dan rasa, dan juga area
Indomie saat ini tidak hanya dapat ditemukan di indonesia,
Bagi mereka yang rindu cita rasa indomie dan tinggal diluar indonesia
Sudah dapat mencarinya di swalayan terdekat


Selain itu juga keberadaan mie instant berkemasan ini telah mampu menumbuhkan
Lapangan kerja baru di Indonesia

"Warung indomie dan Burjo"
Fenomena tahun 2000an keatas ini
Menyajikan indomie hangat untuk khalayak banyak,
Mahasiswa, ibu rumah tangga, anak sekolah, hingga karyawan yang sepulang kerja mencari santapan murah meriah untuk membunuh rasa laparnya.
Mereka semua menjadi target baru pasar warung indomie yang buka 24 jam ini

Menu utama disini adalah Indomie dengan berbagai macam rasa dan rupa, kuah maupun goreng dengan tambahan toping, sosis, bakso, kornet, telor, paket mie omelete bahkan paket indomie nasi dan es teh menjadi jawara penawar lapar di siang, sore dan bahkan malam hari
Kebanyakan warung warung "dadakan" ini muncul dikota kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya



Semangkuk Indomie Rebu dengan telor

Letaknya bisa dimana saja,
Ditengah pemukiman penduduk, ditengah proyek bangunan bertingkah, ditengah komplek rumah mewah, hingga daerah kost kostan mahasiswa
Fenomena warung indomie ini seakan menjamur

Bentuknya bermacam macam
Bisa seperti RUKO mewah, bisa seperti warung berukuran 3x3 dengan atap sirap
Tetapi bisa juga lebih menyerupai "gubug derita" dengan kaki kaki ringkihnya, dan tidak jarang ada warung Indomie yang menumpang eksis dan bertahan selama bertahun tahun dipojok sebuah bangunan,
Dan bahkan berbentuk kaki lima yang setiap saat dapat diusir oleh kamtib
Karena merusak keindahan lingkungan

Hari ini
Kuhentikan langkahku di warung indomie dekat kostku, tidak sampai 50 meter jaraknya
Rasa malas dan lapar, merupakan dua kombinasi manusiawi yang menghantarkanku kesini

Kuberbincang kecil dengan "abang indomie" yang berasal dari garut jawa barat ini
seraya kunikmati sebungkus indomie goreng yang sudah tersaji di hadapanku, bersama segelas es jeruk
Cukup dengan merogoh kocek 8000 saja,
Cacing diperutku sudah bahagia
Menikmati indomie dipagi hari ini

Monday, June 6, 2011

a morning at victoria valley

Kubuka tirai kamarku....
Kuhirup segarnya embun yg jatuh dari dedaunan...

Baju putih yang kukenakan melambai tertiup sejuknya angin pagi,
Angin meniup tubuhku..
Menerbangkan rambutku hingga menutupi wajah...
Aku menikmatinya

Ahhh...
Ujarku, masih terlalu pagi untuk melakukan sesuatu,
Kuhirup teh hangat yang tersaji disudut meja,
Buatannya...
Dia yang masih tertidur lelap di ranjangku...

Kuraih tubuhnya seraya kubisikkan,
Hei..matahari sudah menyambut kita,
Dia pun membalikkan tubuhnya,
Kau mengganggu mimpi indahku...
Aku bermimpi tentangmu..
Ujarnya seraya tersenyum mesra padaku

Senyuman itu menggelorakan jiwaku yg menginginkannya
Sepagi ini kau bangun dan membuatkan teh untukku? Ujarku bertanya
Iya..ujarnya,
Dan kau kembali tidur?
Aku menepuk2 bahunya mesra...
Kembali dia menebarkan senyuman padaku...
Kali ini kuterlena dibuatnya

Kututup kembali jendela itu,
Suasana pegunungan nan sunyi, gemericiik suara air membasahi sungai, dan tetesan embun yang mengalir merdu,

Ternyata tak dapat mengganggu pagi ku bersama nya

Kurebahkan kembali tubuhku diranjang itu
Bercengkerama bersama cinta

*Victoria Valley, a morning in sept