Lari Marathon
Seperti lari marathon
beberapa bulan itu saya jalani dan ternyata saya sangat lelah
lelah karena berusaha mengerti
lelah karena berusaha memahami
tetapi terkadang ada hal hal yang memang tidak perlu untuk dipahami dan dimengerti
jalani saja, agar kau tidak seperti lari marathon .. ujar sahabat saya santai
Hentakan
Tamparan
Gertakan
Ancaman
Teriakan
Kelelahan
Tuntutan
Ketidakpercayaan
Ketidaksyukuran
menjadi bumbu lari marathon saya beberapa waktu terakhir itu
saya stop sesaat diujung jalan, mencoba mengatur nafas saya yang hampir putus tersengal sengal
mencoba melihat kebelakang, sudah sejauh apa saya berlari, tunggang langgang....
lelah
mual
capek
sakit
bosan
bercampur menjadi bumbu dalam perut saya yang siap untuk dimuntahkan saat itu juga,
tetapi saya tahan
saya sudah cukup dewasa untuk menerima bumbu bumbu itu, toh itu pilihan bukan...
siapa suruh berlari di air, sudah tau akan susah, sudah tau akan banyak cibiran dan cacian
dan memang itu berat.
Anehnya saya masih memutuskan melanjutkan marathon saya
walau melelahkan
walau menjemukan
walau semakin kesini, tracknya semakin buram, semu dan kelabu
tapi saya paham ini harus dilewati
ini harus dilalui
agar saya semakin kuat
agar saya semakin kokoh
agar kaki kaki dan otot otot saya semakin mampu menumpu beban dan track yang lebih berat lagi
bukankah diujung sana nanti saya akan rindu untuk lari marathon lagi,
meskipun saat ini saya butuh pitstop untuk sedikit bernapas dan melihat lihat apakah ada track lain yang bisa saya lewati
yang tidak seterjal ini
yang tidak securam ini
rasa bingung ini kembali
kembali menghantui rasa, rasa percaya bahwa nanti diujung sana akan indah
saya kencangkan tali sepatu saya,
mengambil nafas yang dalam,
saya hembuskan....
saya pejamkan mata,
dengan mengucap ucapan pamungkas BISMILLAHIRAHMANIRAHIM
saya kembali berlari,
paham akan kemana..?
tidak...
saya tetap berlari saja agar sampai ke tujuan itu
Tuesday, September 29, 2015
Monday, September 28, 2015
Bersyukur
Di suatu sore yang dipenuhi oleh bayang bayang lembayung senja
sejenak saya menghentikan langkah kaki saya,
kembali menelaah dan melihat sekitar saya
Dikejauhan saya melihat mereka yang tampaknya tidak memiliki apa apa
tetapi tertawa, bahagia... tampaknya demikian
Disebelah saya berdiri seseorang yang tampak berusia belasan tahun lebih tua dari saya,
dia tampak sedang berpikir keras, atau juga mungkin pura pura berpikir
saya tidak mau mengasumsikannya lebih jauh lagi
Sejenak ada cerita dan berita yang dibawa oleh mereka, mungkin juga oleh saya, tetapi hanya orang yang tepatlah yang bisa menangkapnya.
Bersyukur saya bisa duduk disini hari ini
walaupun saya paham , hidup saya terkadang penuh gerutu dan cacian terhadap nikmat yang diberikan kepada saya
saya masih ingin duduk disini,
meneguk secangkir kopi hangat, sambil menarik nafas
rasanya masih belum siap dan pulih untuk kembali kedalam hiruk pikuk manusia di senja ini
sebenarnya ada rasa kecewa yang besar dihati saya
sebenarnya ada rasa kecewa yang diselimuti syukur dalam hati saya
tinggal bagaimana saya membungkusnya
untuk terus melangkah dan tetap bersyukur, karena saya diselamatkan dari sesuatu yang tidak baik untuk saya kedepannya.
mungkin hanya itu jawaban yang bisa saya cerna saat ini
belum waktunya atau memang mungkin belum jalannya
rasa kecewa yang hadir dikarenakan kepercayaan
kepercayaan bahwa semua akan bisa berubah dan menjadi baik seiring dengan waktu
kepercayaan yang tersia siakan oleh mereka yang mungkin kurang paham akan rasa bersyukur atas sebuah berkah dan kepercayaan yang baru yang tuhan titipkan kepada mereka
Tapi sudahlah, saat ini saya hanya mau duduk disini,
menatap santai cakrawala yang tertangkap dimata saya sore ini
dan perlahan percaya saja bahwa semua sudah ada yang mengatur
bahwa rejeki kita apapun bentuknya tidak akan pernah tertukar
saya meneguk kembali kopi saya yang mulai dingin
Di suatu sore yang dipenuhi oleh bayang bayang lembayung senja
sejenak saya menghentikan langkah kaki saya,
kembali menelaah dan melihat sekitar saya
Dikejauhan saya melihat mereka yang tampaknya tidak memiliki apa apa
tetapi tertawa, bahagia... tampaknya demikian
Disebelah saya berdiri seseorang yang tampak berusia belasan tahun lebih tua dari saya,
dia tampak sedang berpikir keras, atau juga mungkin pura pura berpikir
saya tidak mau mengasumsikannya lebih jauh lagi
Sejenak ada cerita dan berita yang dibawa oleh mereka, mungkin juga oleh saya, tetapi hanya orang yang tepatlah yang bisa menangkapnya.
Bersyukur saya bisa duduk disini hari ini
walaupun saya paham , hidup saya terkadang penuh gerutu dan cacian terhadap nikmat yang diberikan kepada saya
saya masih ingin duduk disini,
meneguk secangkir kopi hangat, sambil menarik nafas
rasanya masih belum siap dan pulih untuk kembali kedalam hiruk pikuk manusia di senja ini
sebenarnya ada rasa kecewa yang besar dihati saya
sebenarnya ada rasa kecewa yang diselimuti syukur dalam hati saya
tinggal bagaimana saya membungkusnya
untuk terus melangkah dan tetap bersyukur, karena saya diselamatkan dari sesuatu yang tidak baik untuk saya kedepannya.
mungkin hanya itu jawaban yang bisa saya cerna saat ini
belum waktunya atau memang mungkin belum jalannya
rasa kecewa yang hadir dikarenakan kepercayaan
kepercayaan bahwa semua akan bisa berubah dan menjadi baik seiring dengan waktu
kepercayaan yang tersia siakan oleh mereka yang mungkin kurang paham akan rasa bersyukur atas sebuah berkah dan kepercayaan yang baru yang tuhan titipkan kepada mereka
Tapi sudahlah, saat ini saya hanya mau duduk disini,
menatap santai cakrawala yang tertangkap dimata saya sore ini
dan perlahan percaya saja bahwa semua sudah ada yang mengatur
bahwa rejeki kita apapun bentuknya tidak akan pernah tertukar
saya meneguk kembali kopi saya yang mulai dingin
Silence
3rd August 2015
Aku diam disini karena aku mulai berfikir
Aku tidak mau mendendam karena aku ingin ketenangan
Aku melupakan karena ingin tetap gembira
Aku memaafkan karena akupun ingin dimaafkan
Aku tidak mau membalas karena aku percaya balasan terbaik adalah kesabaran
Aku memilih mundur karena disana ada kesabaran yang aku cari
dan
Aku yakin kesabaran akan membawaku kembali ke Sumber Terbesar kebahagiaanku
Aku hanya ingin hijrah menjadi lebih baik
Walau aku ulangi , lagi , lagi dan lagi kesalah kesalahanku
Aku ingin melepaskan karena aku ingin bahagia tanpa harap lagi pada sesuatu yang memang bukan untukku
Aku ingin tenang, karena tenang akan sampai disana dan menghadiahiku dengan keikhlasan
dan ikhlas akan membawaku dekat dengan-Nya
Karena dengan dekat dengan-Nya akan membawa kebaikan bagi diriku dan mereka yang kukasihi
Aku diam disini karena aku mulai berfikir
Aku tidak mau mendendam karena aku ingin ketenangan
Aku melupakan karena ingin tetap gembira
Aku memaafkan karena akupun ingin dimaafkan
Aku tidak mau membalas karena aku percaya balasan terbaik adalah kesabaran
Aku memilih mundur karena disana ada kesabaran yang aku cari
dan
Aku yakin kesabaran akan membawaku kembali ke Sumber Terbesar kebahagiaanku
Aku hanya ingin hijrah menjadi lebih baik
Walau aku ulangi , lagi , lagi dan lagi kesalah kesalahanku
Aku ingin melepaskan karena aku ingin bahagia tanpa harap lagi pada sesuatu yang memang bukan untukku
Aku ingin tenang, karena tenang akan sampai disana dan menghadiahiku dengan keikhlasan
dan ikhlas akan membawaku dekat dengan-Nya
Karena dengan dekat dengan-Nya akan membawa kebaikan bagi diriku dan mereka yang kukasihi
Subscribe to:
Posts (Atom)