Disudut penantian
Pandanganku terhenti tatkala aku melihat wanita tua itu
dia duduk sendiri disudut jendela,
dia memilih kursi yang tepat gumamku dalam hati
matanya nanar, dia hanya memandang laut yang sore itu tampak kelabu
diam...
dalam..
banyak rasa dan emosi yang lepas disana,
aneh..tapi aku mampu melihatnya
sesekali dia menghisap rokoknya
rokok tua yang sudah usang, terlihat dari warnanya yang lebih mirip cerutu
dia menghela nafas sesekali..
tampak kecewa sekaligus tak putus asa.
kuperhatikan dengan seksama raut wajahnya
tempaan hidup yang cukup dramatis tampak sekali membingkai kerutan kerutan di wajah itu
tubuhnya sangat tua, sangat lelah
aku tidak lagi memperhatikan lawan bicaraku yang sedari tadi tidak menyadari pandanganku
kepada wanita tua itu.
kembali kuperhatikan dia..
perhiasannya sungguh lengkap..
sudah kuno memang, tapi tampak banyak cerita yang tersimpan didalam perhiasan itu
usang..itu kata yang tepat untuk menjelaskan apa yang dipakai wanita tua itu.
tepatnya apa yang ada pada dirinya
ini kali pertamaku datang ke kedai ini,
akupun menghentikan langkahku disini, karena cuaca sangat dingin
beberapa kali aku meniup niup tanganku,
hangatnya secangkir kopi dan tungku yang tak jauh dariku
melengkapi titik nyaman yang aku rasakan sore ini
seorang pria tengah baya menghampiri kami,
dia menawarkan kami untuk mengisi kembali cangkir kopiku yang telah kosong
aku menganggukan kepala...
dia tampak menyadari, sepenuhnya perhatianku tertuju pada wanita tua disudut jendela itu,
mataku masih menari nari mencari tahu sesuatu dari dirinya
"dia disana setiap hari..."
pria tua itu tiba tiba saja, melontarkan kalimat itu, membuyarkan konsentrasiku terhadap wanita tadi
"hahh..apa?" ujarku setengah terkejut
" iya dia disana setiap hari, dia menunggu kekasihnya.."
pria itu menjelaskan santai sambil menungkan kembali kopi hangat ke cangkirku.
dia tampak paham sekali apa yang sedang menjadi perhatianku
"sudah sejak dua puluh tahun yang lalu dia disini" pria itu setengah berbisik kepadaku dan temanku
"oh ya, apa yang dia lakukan? setiap hari? disini? " ujarku
" iya, setiap hari..hampir tidak pernah absent.." pria itu kembali berbisik, dia tampak takut wanita itu menyadari perbincangan kecil kami.
di kejauhan tampak wanita itu menghisap dalam rokoknya.
"Menurut orang orang, dia menunggu kekasihnya. kekasihnya yang tidak pernah kembali.."
pria tua itu semakin membungkuk untuk berbisik kepadaku. bau alkohol yang pekat jelas tercium olehku. dia sungguh bau, aku tak tahan...
"apa yang terjadi dengan kekasihnya?" aku bertanya seraya meniup niup tanganku.
" Ditelan buih laut" ujarnya mengernyitkan dahi
" pria itu konon mati dalam perjalanan kembali ke sini, kapalnya karam..dan itu terjadi sekitar 21 tahun yang lalu.."
mataku kembali menatap wanita itu, dia masih tidak menyadari telah menjadi bahan obrolan kami sore itu,
tatapannya dalam, memang benar ia tampak menunggu sesorang untuk datang.
pandangannya kosong, tetapi penuh harapan...
terlihat jelas tubuhnya sudah lelah menunggu, tapi mungkin tak senada dengan hatinya yang tidak pernah menyerah.
"kau tahu, dia selalu meninggalkan sebuah nama di tissue kopinya..ALFRED"
pria tua itu berjalan pelan meninggalkan kami.
Sejam kemudian kami memutuskan untuk kembali kerumah, wanita itu masih duduk disana
menikmati secangkir kopi dan roti gandum miliknya.
Menu yang tidak berganti selama dua puluh tahun terakhir ini.
Dia masih menunggu pria itu..
Alfred-nya yang entah kini ada dimana..
aku kembali melemparkan pandanganku padanya
kali ini dari luar jendela..
semoga dia dapat menemui Alfred-nya
suatu hari nanti..