Monday, October 22, 2012

Cahaya Lampu Redup dibatas Kota


Cahaya lampu  dibatas kota




Hari ini sedikit berbeda dengan hari hari sebelumnya, langkahku gontai menyusuri keremangan malam ini.
seharusnya aku suka dengan malam ini...gumamku
Toh besok libur...
Tapi kali ini berbeda, kulihat dikejauhan cahaya redup dan hingar bingar semrawut kota besar ini..
Melelahkan..aku memang msh muda tapi dengan usia inipun aku sudah lelah menatap kota ini dan semua problematika hidup yg ditimbulkannya
yg menurutku tidak wajar untuk kualami
Tapi ini pilihan..


Yang aku tahu, dibawah sorotan lampu redup ini, aku sedang berusaha melihat dari perspektif lain sisi kehidupan yang aku jalani. Tuhan sedang membolak balikan hidupku..dan aku sedang menari mengikuti iramanya, sembari menunggu kelelahan menghampiriku atau justru menanti musik itu berhenti dan menikmati hasilnya
Itu kembali menjadi pilihan....

Pada satu titik, aku merasa cahaya lampu tua itu semakin meredup semakin tipis cahaya yang dihasilkannya, mungkin karena usianya semakin menua, atau mungkin karena debu debu kota ini telah membuatnya buram dan tak cemerlang lagi.

Disini, dibatas kota besar ini, aku menghentikan langkahku sejenak, berusaha menelaah makna yang sedang disajikan tuhan untukku, masih samar buatku..
Kadang aku bertanya, aku harus bagaimana, aku bagaikan lampu tua diujung jalan tadi dan tertutup debu tebal..aku masih bingung kemana tarian ini akan membawaku...
Tapi aku memilih untuk tetap menari bersama waktu..





Aku menarik nafasku, terasa berat dan pekatnya udara kotor yang kuhirup ini, tapi tubuh ini mulai terbiasa menikmatinya.
Kembali aku menarik nafas panjang dan bergumam..
Inilah pilihanku

Tidak lebih dari dua menit aku berdiri dijembatan usang ini, berusaha menenangkan diri...berusaha melepas kepenatanku untuk pergi
Aku memejamkan mataku, berusaha mengatur batin yg sedang terombang ambing mengikuti rahasia tuhan yang sedang diajukannya untukku saat ini.

Terkadang aku lelah, ingin berlari keluar dari batas kota ini...tapi aku tahu ini belum waktunya.

Ditengah semua proses yang tuhan inginkan aku untuk jalani ini, aku masih diseparuh jalan..

Kualihkan pandanganku dari lampu tua itu, kulangkahkan kakiku kembali masuk kedalam kabut kota besar ini.

Mari kita lihat, sejauh mana aku masih bisa menari ditengah debu debu ini.

Monday, October 8, 2012

Love, Life, Ego, and Passion: Invalid Love Story I

Love, Life, Ego, and Passion: Invalid Love Story I: INVALID love Story Nama lelaki itu romeo, dan nama wanita itu juliet. Mereka memang tak lagi di kota verona, dan dunia mulai keriput  sejak ...


Love, Life, Ego, and Passion: Sayang...

Love, Life, Ego, and Passion: Sayang...: Sayang... kusapa kau dengan sebutan sayang, karena hatiku bergelayut menyentuh namamu..."Sayang" dibatas keriput rembulan malam yang memerah...

Friday, October 5, 2012

Invalid Love Story I

INVALID love Story

Nama lelaki itu Romeo, dan nama wanita itu Juliet.
Saat ini mereka memang tak lagi di  verona,
dan dunia mulai keriput  sejak mereka terusir dari firdaus mereka,
walau demikian mereka masih sama sama mengetahui bahwa mereka adalah pasangan jiwa.

Namun kehidupan terkadang memang sulit untuk mereka pahami dengan seksama.
Dulu semua terasa lebih mudah. Dulupun sang  Romeo yakin tanpa ragu bahwa bahwa Juliet adalah tulang rusuknya, separuh jiwanya yang akan membuatnya menjadi Romeo yang utuh dan bahagia.
Dulu sekalipun Juliet sangat mengerti bahwa Romeo adalah asal mula dirinya diciptakan,
bahwa dia terbuat dari salah satu rusuk Romeo yang tangguh,
dan apabila dirinya kembali bersatu dengan Romeo maka  akan membuat jiwa lelaki itu  menjadi penuh kembali dan utuh.
Dulu sekali, saat semua masih sangt muda dan hijau, setiap kejadian yang ada dihadapan mereka terlihat sangat mudah untuk dijalani.
Dulu, sangat  mudah  untuk melihat bahwa mereka berdua  terhubung jelas diantara takdir yang telah dituliskan. Tetapi kini banyak yang sudah berubah, tidak seperti dulu kala.
Sekarang mereka sama sama menjumpai diri mereka berdiri di tepi jurang  yang curam, tubuh mereka yang tak lagi muda bergetar karena tiupan angin gunung dan lembah yang bersatu menggoyahkan keduanya, seraya berusaha menjatuhkan mereka berdua ke jurang tak bertepi itu.

Disini, dalam kisah ini, Romeo pernah mencintai Juliet Juliet yang lain, namun demikian Romeo sadar benar bahwa dia tak akan sanggup lagi memiliki perasaan cinta yang sama kadarnya dengan rasa cinta yang dia miliki untuk Juliet.

Hanya saja sebenarnya kini Juliet tak pernah lagi bisa mencintai seseorang dengan bersungguh sungguh, dan dia sangat paham bahwa Romeo  bukanlah sang pangeran berkuda putih yang akan selalu datang dalam setiap mimpi dan khayalannya di malam hari.
Kini Juliet merasa dia  tidak akan mampu untuk mencintai Romeo dengan semua kekurangannya.

Ada jurang yang besar diantara mereka, ada tiupan angin yang bergejolak serta  horizon berwarna hijau yang terbentang membentuk jarak diantara keberadaan mereka.
Serta sebuah perahu usang yang siap berlayar untuk menjauhkan keduanya.

Nama pria itu Romeo, dan yang perempuan bernama Juliet.  Mereka tak lagi tinggal di verona, usia mereka dan  dunia makin menua dan berkeriput, kini mereka bahkan bertanya Verona  mungkin hanya ada didalam dongeng, dan sejak hal itu hanya sebuah dongeng abad pertengahan, kini mereka tak lagi yakin tentang adanya pasangan jiwa.

Ada daun daun berwarna kemerahan berguguran dari batang pohon oak tua, ada sekuntum bunga lylac tua yang tampak pucat dirundung waktu.
Semua keindahan fana itu mencibir mereka,  ketika mereka masih ingin menantang langit dan percaya akan keberadaan pasangan jiwa.

Kini disudut ruangan  itu, Juliet melihat sosok Romeo yang duduk diam di sebuah kursi, Juliet berada tepat disampingnya, Juliet hanya diam memandangnya. Suasana tampak berhenti diantara mereka..hanya desiran pasir diujung bangunan yang mengalun dan bertiup  diantara keberadaan mereka

“Juliet, aku minta tolong padamu, coba kau ceritakan sekali  lagi padaku yang cacat ini, mengapa kita tidak lagi percaya bahwa kita adalah pasangan jiwa, bahwa kita sudah menjadi dua sosok yang terpisah jauh saat ini,” Romeo tampak menengadahkan wajahnya ke arah Juliet yang berdiri diam disampingnya. Juliet mencoba menjawab pertanyaan Romeo, dia  hanya mengangkat bahunya yang tampak kurus dan tua.

“Kau ingat, dulu aku ingin kita menikah di gereja  ini, dulu sekali...
 akupun sudah lupa kapan itu...”  Romeo tersenyum pilu diantara sudut matanya yang mulai berkaca kaca

Kata "Dulu" terdengar jelas oleh keduanya,  ada nada kerinduan yang dalam dalam suara Romeo sore itu.
“Mengapa kita tidak bisa kembali ke masa itu Juliet, kenapa?” ujarnya mencoba memaksa.

Juliet terpaku, dia hanya bisa  menundukkan kepalanya, tak berani menjawab semua pertanyaan yang dilemparkan Romeo kepadanya.
Beberapa rumput kering yang terbawa angin sore terbang melewati wajah dan rambutnya yang berwarna coklat keemasan.

" Juliet, Apakah kau mencintai dia? Pria  itu?” ujar romeo lagi, mencoba memecahkan keheningan Juliet

“Romeo, kau tahu pasti bahwa saat ini aku tak mencintai siapapun,” wajah Juliet yang mulai berkeriput itu tampak mempesona  di bawah baluran sinar matahari sore. Sejenak Romeo tertawa tergelak , memandang anak rambut juliet yang bermain diterpa angin dan debu. masih ada setetes rindu purba di hatinya.

“Selalu ada kau didalam setiap malam dan  juga doaku, Romeo"
" Aku sungguh tahu akan hal itu Juliet, dan aku juga berdoa untukmu Juliet,  semoga cinta yang baru segera datang dan membahagiakan rumah tanggamu”

“Cinta memang pernah datang padaku Romeo, tetapi hanya sekali” ujar Juliet.
Wajahnya mengeras. Julietpun berjalan menuju pohon oak tua disudut bangunan, dia hanya bisa  mendorong tempat tidur rumah sakit tua yang digunakan oleh Romeo"

“Sudah hampir malam Romeo, dokter akan marah jika kau terlambat masuk ke kamarmu.”
Romeo hanya tersenyum pilu, bersusah payah untuk membetulkan posisi tidurnya

“Jika suatu hari nanti aku kembali sehat dan bisa bekerja, aku akan membelikanmu sepasang gaun seperti yang pernah kau pakai malam itu ” hela Romeo, malam pada saat kita bertemu di Verona Malam itu

Juliet hanya bisa diam, dia hanya terus mendorong tempat tidur roda itu di lorong lorong rumah sakit.

“Aku akan datang lagi minggu depan, kira kira ada yang kau ingin kubawakan?” ujar Juliet berusaha memecah kesunyian diantara mereka

Romeo memegang tangan juliet,“ Tolong Bawa saja suamimu,” pinta Romeo. “aku ingin sekali bertemu dan melihat orang yang menggantikan posisiku dihatimu hanya karena keadaanku yang seperti ini.”

“Tidak Romeo, dendammu hanya untukku, jangan kita bawa dia kedalam kisah kelam kita” balas juliet.
“Marah dan dendamlah padaku saja,  karena aku hanyalah Juliet yang lemah, Juliet yang memutuskan untuk meninggalkanmu”

Romeo tersenyum sinis. “Sampai sekarang pun, setelah berabad-abad, kau masih saja jatuh dalam godaan setan dan juga orang tuamu. Kau tahu Juliet? Aku hanya ditakdirkan  mati pada saat kau telah kembali kepelukanku"

“Tolonglah Romeo, kita Lupakan saja kejadian itu,” sergah Juliet, aku lelah

Aku paham sekali, walaupun aku ada dan terlahir dari tulang rusukmu, tapi di kehidupankali  ini, aku tak bisa kembali padamu, sungguh aku tidak bisa Romeo”

“Namun jiwamu Juliet...itu  milikku, itu adalah Hakku sebagai pemilikmu” gumam Romeo
 “Jiwamu tetaplah milikku, milik seorang Romeo”


“Ya kau sangat benar, jiwaku ini memang hanya milikmu Romeo.” Tampak Juliet menghela Nafasnya yang berat.
Romeo  tersenyum puas. Kata-kata Juliet barusan  cukup kuat untuk menjadi pendorong baginya untuk melanjutkan hidup, layak untuk tak menangisi kecelakaan fatal  yang membuatnya menjadi sosok pangeran invalid, setidaknya hingga minggu depan.


Atmosfer senja itu jelas bercerita bahwa disana Ada cinta berusia purba,

Ratusan...Ribuan tahun,  putus hilang  lalu kembali bertaut setelah sekian lama,
cinta itu tetap bertahan mengalahkan hiruk pikuk dunia yang semakin semrawut dan penuh logika.
walau kini tak lagi mudah

Juliet melangkahkan kakinya keluar dari Rumah sakit tua itu, dia siap kembali kepada keluarga yang telah menunggunya dirumah