Thursday, March 8, 2012

Upload and Share !!

Upload and Share

Bangun Tidur, melihat muka masih kucel, difoto. Habis mandi, pakai baju baru yang dibeli di mangga dua, difoto. Di jalan mau berangkat kekantor, liat jalanan padat merayap, difoto. Malam hari, menangkap cakrawala jakarta dari lantai 20 kantor, difoto.

Inilah fenomena keranjingan foto menggunakan smartphone atau gadget, sebagai imbas dari melesatnya "kepopuleran" media sosial, saya adalah salah satu korbannya.

Saat ini mengabadikan moment, semudah menge-tapkan jari ke layar monitor gadget
atau menekan tombol sakti di smartphone. "Kebutuhan" baru untuk membagi moment tersebut ke media sosial sudah menjadi rahasia umum di abad dunia maya ini. Saluran ekspresi baru untuk memberitahukan khalayak tentang "status" terkini kita di facebook dan twitter, selain melalui 160 karakter, kita dapat berbagi cerita mengenai "sedang apa, dimana, dan dengan siapa kita" melalui foto. Foto memang berbicara lebih banyak daripada sekeder 160 karakter yang bisa kita ketikkan di "status update" akun sosial media kita.

Seperti yang dilakukan oleh seorang teman saya, ia tidak pernah absen memotret makanannya yang dia makan setiap kali ia dan rekan rekannya makan di luar. Alasannya sederhana, saya ingin berbagi sekaligus mengkoleksi foto foto dari makanan "keren" yang sudah pernah saya santap. Sesungguhnya kegiatan yang sedang dilakukan oleh teman saya ini adalah menjadikan foto foto makanan hasil jepretannya menjadi sebuah microblogging dalam bentuk foto.



Yang menjadikan kegiatan "jepret- menjepret" foto ini menjadi semakin populer dan mengasyikkan adalah kemudahannya untuk di-share di semua akun media dan sosial media yang kita miliki. Foto Foto makanan, seperti yang dilakukan oleh teman saya tadi, foto foto bersama teman teman kantor ketika sedang hang-out, foto bersama pacar dan keluarga terkasih, hingga foto bersama artis yang kita temui di bandara atau pusat perbelanjaan. Foto foto ini bisa langsung dipamerkan kesemua orang, hampir semua foto yang diunggah, pasti ada yang memberikan komentar atau sekedar memberikan "like" . Siapa mereka pemerhati foto "tetangga" ini, mereka adalah teman teman kita yang juga aktif di akun social dunia maya

Yang tidak kalah menarik, sebelum di-share ke akun twitter atau facebook, foto foto ini bisa diedit terlebih dahulu menggunakan instant editor yang juga sudah tersedia di smartphone kita. Foto liburan yang tadinya tampak biasa saja, jd lebih ber cerita karena ditambah ilustrasi warna dan teks. Atau mobil tua milik kakek yang teronggok digarasi bisa menjadi lebih berkesan vintage dengan efek blur dan warna kekuningan di foto itu.



Pada akhirnya, manusia yang memang ditakdirkan sebagai makhluk sosial dan suka berbagi ini,akan semakin terhubung dan dimanjakan oleh "penemuan penemuan sosial " dikemudian hari. Pertanyaannya adalah, seberapa besar kesiapan kita untuk mempergunakan teknologi itu, agar hal hal yang bersifat pribadi dari kita masih bisa tersimpan rapat dan tidak "difoto" untuk konsumsi publik.

Have a nice friday

Tuesday, March 6, 2012

Alismu vs Alisku

Alismu vs Alisku

Perkara alis yang sebenarnya sangat sepele bisa menjadi besar dan heboh karena keberadaannya yang sesekali mampu menyulap ekspresi wajah seseorang menjadi tidak enak dipandang atau justru menjadi sangat enak untuk dipandang. Seringkali kita tidak kenal dengan alis kita sendiri, yang terfikirkan oleh kita adalah : "wah alisnya bagus yah, alisnya keren banget tebal dan rapi, wowwww alisnya runcing dan tipis yaa".
Inilah yang namanya sindrom alis tetangga diseberang rumah, atau didalam televisi selalu terlihat lebih bagus. Padahal, seiring dengan rencana tuhan yang menciptakan kita berbeda beda disetiap individunya, begitu pula alis kita diciptakan unik oleh-Nya mengikuti keistimewaan dalam diri kita. Nah jadi kalau alis Tyra Banks yang tampak seksi dan mencuat tinggi di wajahnya itu tampak serasi dengan mata dan bentuk wajahnya, belum tentu alis itu akan terlihat cocok dan sama mempesonanya di wajah kita.



pernah suatu kali saya sedang berjalan keliling sebuah mall mewah dibilangan Jakarta Pusat, terlihat oleh saya banyak ibu ibu muda dan paruh baya dengan dandanan yang "fantastis". Saya sangat yakin mereka adalah sosialita, atau paling tidak istri pengusaha sukses yang kesepian sehingga berjalan jalan ke mall untuk sekedar mengisi waktu kosong mereka. Ada beberapa kesamaan diantara mereka yang tertangkap oleh radar saya. Tas Hermes berbagai warna yang saya tidak begitu paham itu asli atau aspal, yang jelas tas tas mewah itu menempel dengan manisnya di lekukan tangan mereka, dan aksesories mahal kedua yang mereka kenakan adalah " alis mencuat yang ter-tatto di wajah mulus mereka". Wow fenomena alis tatto yang sangat praktis, tidak perlu dirapikan, tidak perlu diberi warna dan diurus secara khusus ketika akan bepergian.



Yang menggelitik pikiran saya adalah kalau saja alis alis tatto ini dibuat mengikuti bentuk alis artis dan model papan atas dunia sebut saja Kate Moss, dan ternyata tidak cocok dengan bentuk wajah kita, apa ya jadinya?
Males khan punya alis yang sudah menempel permanen tetapi selalu terlihat tegang dan mencuat bahkan ketika kita bangun tidur.
Akhir cerita, saya mencoba untuk membuka beberapa majalah wanita yang terbit diawal tahun 2012 ini, dan menemukan sebuah kalimat lucu di halaman fashion " tren alis di tahun naga, semakin tebal, semakin tinggi, alis tipis dan tajam sudah ketinggalan zaman". Saya hanya tertawa membacanya. Dimana kebebasan untuk berekspresi di masa ini? kalau untuk memiliki alis saja, kita harus diseragamkan mengikuti trend mode dunia, yang jelas jelas belum tentu cocok dengan kita.

Hafalan Semata

Beberapa hari yang lalu saya dan adik perempuan saya melakukan aktifitas "bersih bersih" rumah seperti yang biasa kami lakukan setiap akhir minggu.

Tidak seperti minggu minggu sebelumnya, kali ini objek "bersih bersih" kami adalah album foto tua milik keluarga dan juga beberapa buku pelajaran tua milik saya yang masih tersimpan rapi didalam kardus dipojok ruangan penyimpanan kami.

Saat adik saya menyeletuk " Mbak ada buku matematika SMP kelas 3 nich, punya mbak dulu sepertinya". Saya segera mengambil buku tersebut. Masih tampak terlihat rapi dengan balutan sampul plastik yang menguning. Halaman halaman buku ini masih lengkap, didalam buku itu juga masih terlihat dengan jelas bekas coretan coretan tangan saya semasa sekolah dulu. Yang menggelitik saya kali ini ketika memegang buku tersebut adalah, hampir semua pertanyaan dan soal soal yang ada didalam buku sudah saya bubuhkan jawaban beserta cara menjawabnya dengan tinta biru andalan saya. Saya jadi ingat sekitar 13 tahun yang lalu, seorang teman saya yang tidak terlalu mahir matematika berceloteh " huh buat apa belajar matematika? Toh kalau mau beli sayur dipasar kita tidak pake istilah log atau integral, cukup tambah kali bagi dan kurang saja kita bisa hidup ". Saya tersenyum sendiri mengingat celotehan lama itu. Ada benarnya ucapan itu, karena apabila kita melakukan napak tilas ke masa masa sekolah kita, tidak usah masa kita, cukup kita lihat masa kini. Pendidikan exact seperti Ilmu pengetahuan Alam dan Matematika intinya adalah menghafal rumus.




Lihat saja logika dari kertas pelajaran kali kalian yang dulu saya dan teman teman perlombakan didepan kelas " siapa yang sudah hafal kalian 3 dan 7?" Saat itu ibu guru bertanya kepada kami, dan seisi kelas menaikkan jari telunjuknya sebagai pertanda mereka telah meng-HAFAL pelajaran itu dengan baik.

Tetapi yang menggelitik saya kali ini, mengapa dulu ibu guru tidak bertanya "mengapa 3 x 3 sama dengan 9? Darimana kamu tahu hasilnya demikian, bisa dipakai saat apa 3x3 sama dengan 9 tersebut?" Mungkin apabila pertanyaan tersebut sempat terlontar, anak anak seusia saya waktu itu bisa jadi lebih kritis dan tidak langsung percaya 3x3 adalah 9 dan yang pasti tidak mengfahal pelajaran matematika kami.

Pada akhirnya, ilmu yang kita dapatkan hanya text book, kita belum benar benar memahami esensi dari ilmu alam yang mungkin akan berguna bagi kita yang bercita cita menjadi penemu, dan ilmuwan di masa yang akan datang.

Bimbing dan temani anak anak dan adik adik terkasih kita, kembangkan logika dan otak kanan mereka, sehingga kita bisa membantu negara ini menciptakan generasi yang unggul dan tahu benar apa yang menjadi bekal mereka dalam menyongsong masa depan.

Saya menutup buku tersebut dan bertanya pada adik saya " kenapa 7 x 7 sama dengan 49?" Adik saya hanya menjawab " ya itu yang tertulis di karton hafalan yang mama belikan di pasar dulu".

Saya hanya tersenyum, dan membelai rambutnya dengan lembut, seraya menjawab pertanyaan saya sendiri " karena kalau kamu punya 7 apel, terus ditambah 6 apel lagi oleh masing masing teman kamu yang berjumlah 6 orang maka apel milikmu akan jd 49 buah dek". Mimik bingung terlihat jelas diwajahnya...