Bangun Tidur, melihat muka masih kucel, difoto. Habis mandi, pakai baju baru yang dibeli di mangga dua, difoto. Di jalan mau berangkat kekantor, liat jalanan padat merayap, difoto. Malam hari, menangkap cakrawala jakarta dari lantai 20 kantor, difoto.
Inilah fenomena keranjingan foto menggunakan smartphone atau gadget, sebagai imbas dari melesatnya "kepopuleran" media sosial, saya adalah salah satu korbannya.
Saat ini mengabadikan moment, semudah menge-tapkan jari ke layar monitor gadget
atau menekan tombol sakti di smartphone. "Kebutuhan" baru untuk membagi moment tersebut ke media sosial sudah menjadi rahasia umum di abad dunia maya ini. Saluran ekspresi baru untuk memberitahukan khalayak tentang "status" terkini kita di facebook dan twitter, selain melalui 160 karakter, kita dapat berbagi cerita mengenai "sedang apa, dimana, dan dengan siapa kita" melalui foto. Foto memang berbicara lebih banyak daripada sekeder 160 karakter yang bisa kita ketikkan di "status update" akun sosial media kita.
Seperti yang dilakukan oleh seorang teman saya, ia tidak pernah absen memotret makanannya yang dia makan setiap kali ia dan rekan rekannya makan di luar. Alasannya sederhana, saya ingin berbagi sekaligus mengkoleksi foto foto dari makanan "keren" yang sudah pernah saya santap. Sesungguhnya kegiatan yang sedang dilakukan oleh teman saya ini adalah menjadikan foto foto makanan hasil jepretannya menjadi sebuah microblogging dalam bentuk foto.
Yang menjadikan kegiatan "jepret- menjepret" foto ini menjadi semakin populer dan mengasyikkan adalah kemudahannya untuk di-share di semua akun media dan sosial media yang kita miliki. Foto Foto makanan, seperti yang dilakukan oleh teman saya tadi, foto foto bersama teman teman kantor ketika sedang hang-out, foto bersama pacar dan keluarga terkasih, hingga foto bersama artis yang kita temui di bandara atau pusat perbelanjaan. Foto foto ini bisa langsung dipamerkan kesemua orang, hampir semua foto yang diunggah, pasti ada yang memberikan komentar atau sekedar memberikan "like" . Siapa mereka pemerhati foto "tetangga" ini, mereka adalah teman teman kita yang juga aktif di akun social dunia maya
Yang tidak kalah menarik, sebelum di-share ke akun twitter atau facebook, foto foto ini bisa diedit terlebih dahulu menggunakan instant editor yang juga sudah tersedia di smartphone kita. Foto liburan yang tadinya tampak biasa saja, jd lebih ber cerita karena ditambah ilustrasi warna dan teks. Atau mobil tua milik kakek yang teronggok digarasi bisa menjadi lebih berkesan vintage dengan efek blur dan warna kekuningan di foto itu.
Pada akhirnya, manusia yang memang ditakdirkan sebagai makhluk sosial dan suka berbagi ini,akan semakin terhubung dan dimanjakan oleh "penemuan penemuan sosial " dikemudian hari. Pertanyaannya adalah, seberapa besar kesiapan kita untuk mempergunakan teknologi itu, agar hal hal yang bersifat pribadi dari kita masih bisa tersimpan rapat dan tidak "difoto" untuk konsumsi publik.
Have a nice friday