Tuesday, September 29, 2015

Bernafas Saja Dulu

Lari Marathon

Seperti lari marathon
beberapa bulan itu saya  jalani dan ternyata saya sangat lelah
lelah karena berusaha mengerti
lelah karena berusaha memahami
tetapi terkadang ada hal hal yang memang tidak perlu untuk dipahami dan dimengerti
jalani saja, agar kau tidak seperti lari marathon .. ujar sahabat saya santai

Hentakan
Tamparan
Gertakan
Ancaman
Teriakan
Kelelahan
Tuntutan
Ketidakpercayaan
Ketidaksyukuran
menjadi bumbu lari marathon saya beberapa waktu terakhir itu

saya stop sesaat diujung jalan, mencoba mengatur nafas saya yang hampir putus tersengal sengal
mencoba melihat kebelakang, sudah sejauh apa saya berlari, tunggang langgang....
lelah
mual
capek
sakit
bosan
bercampur menjadi bumbu dalam perut saya yang siap untuk dimuntahkan saat itu juga,
tetapi saya tahan
saya sudah cukup dewasa untuk menerima bumbu bumbu itu, toh itu pilihan bukan...
siapa suruh berlari di air, sudah tau akan susah, sudah tau akan banyak cibiran dan cacian
dan memang itu berat.

Anehnya saya masih memutuskan melanjutkan marathon saya
walau melelahkan
walau menjemukan
walau semakin kesini, tracknya semakin buram, semu dan kelabu
tapi saya paham ini harus dilewati
ini harus dilalui
agar saya semakin kuat
agar saya semakin kokoh
agar kaki kaki dan otot otot saya semakin mampu menumpu beban dan track yang lebih berat lagi
bukankah diujung sana nanti saya akan rindu untuk lari marathon lagi,
meskipun saat ini saya butuh pitstop untuk sedikit bernapas dan melihat lihat apakah ada track lain yang bisa saya lewati
yang tidak seterjal ini
yang tidak securam ini
rasa bingung ini kembali
kembali menghantui rasa, rasa percaya bahwa nanti diujung sana akan indah
saya kencangkan tali sepatu saya,
mengambil nafas yang dalam,
saya hembuskan....
saya pejamkan mata,
dengan mengucap ucapan pamungkas BISMILLAHIRAHMANIRAHIM
saya kembali berlari,
paham akan kemana..?
tidak...
saya tetap berlari saja agar sampai ke tujuan itu




Monday, September 28, 2015

Bersyukur


Di suatu sore yang dipenuhi oleh bayang bayang lembayung senja
sejenak saya menghentikan langkah kaki saya,
kembali menelaah dan melihat sekitar saya

Dikejauhan saya melihat mereka yang tampaknya tidak memiliki apa apa
tetapi tertawa, bahagia... tampaknya demikian
Disebelah saya berdiri seseorang yang tampak berusia belasan tahun lebih tua dari saya,
dia tampak sedang berpikir keras, atau juga mungkin pura pura berpikir
saya tidak mau mengasumsikannya lebih jauh lagi

Sejenak ada cerita dan berita yang dibawa oleh mereka, mungkin juga oleh saya, tetapi hanya orang yang tepatlah yang bisa menangkapnya.

Bersyukur saya bisa duduk disini hari ini
walaupun saya paham , hidup saya terkadang penuh gerutu dan cacian terhadap nikmat yang diberikan kepada saya

saya masih ingin duduk disini,
meneguk secangkir kopi hangat, sambil menarik nafas
rasanya masih belum siap dan pulih untuk kembali kedalam hiruk pikuk manusia di senja ini

sebenarnya ada rasa kecewa yang besar dihati saya
sebenarnya ada rasa kecewa yang diselimuti syukur dalam hati saya
tinggal bagaimana saya membungkusnya
untuk terus melangkah dan tetap bersyukur, karena saya diselamatkan dari sesuatu yang tidak baik untuk saya kedepannya.
mungkin hanya itu jawaban yang bisa saya cerna saat ini
belum waktunya atau memang mungkin belum jalannya

rasa kecewa yang hadir dikarenakan kepercayaan
kepercayaan bahwa semua akan bisa berubah dan menjadi baik seiring dengan waktu
kepercayaan yang tersia siakan oleh mereka yang mungkin kurang paham akan rasa bersyukur atas sebuah berkah dan kepercayaan yang baru yang tuhan titipkan kepada mereka

Tapi sudahlah, saat ini saya hanya mau duduk disini,
menatap santai cakrawala yang tertangkap dimata saya sore ini
dan perlahan percaya saja bahwa semua sudah ada yang mengatur
bahwa rejeki kita apapun bentuknya tidak akan pernah tertukar
saya meneguk kembali kopi saya yang mulai dingin















Silence

3rd August 2015

Aku diam disini karena aku mulai berfikir
Aku tidak mau mendendam karena aku ingin ketenangan
Aku melupakan karena ingin tetap gembira
Aku memaafkan karena akupun ingin dimaafkan
Aku tidak mau membalas karena aku percaya balasan terbaik adalah kesabaran
Aku memilih mundur karena disana ada kesabaran yang aku cari
dan
Aku yakin kesabaran akan membawaku kembali ke Sumber Terbesar kebahagiaanku

Aku hanya ingin hijrah menjadi lebih baik
Walau aku ulangi , lagi , lagi dan lagi kesalah kesalahanku
Aku ingin melepaskan karena aku ingin bahagia tanpa harap lagi pada sesuatu yang memang bukan untukku
Aku ingin tenang, karena tenang akan sampai disana dan menghadiahiku dengan keikhlasan
dan ikhlas akan membawaku dekat dengan-Nya
Karena dengan dekat dengan-Nya akan membawa kebaikan bagi diriku dan mereka yang kukasihi

Sunday, November 9, 2014


Love is always new


Waktu terus berjalan,
tidak seperti kain yang dapat kita gulung untuk mempertemukan sudut sudutnya
detik terus mengalir
tidak seperti langkah yang dapat kita bawa untuk melangkah mundur dan kembali
tetapi selalu ada cinta yang baru
dan iya, cinta selalu baru

Waktu terus bergulir
mengupas satu persatu tanya yang belum terjawab
menjawab satu persatu, perlahan tapi pasti rindu yang masih tersimpan
meluruhkan satu persatu semua amarah yang masih tersimpan

Selalu ada jalan yang baru
Selalu ada pagi setelah malam sirna
Selalu ada cinta yang baru

Sunday, October 26, 2014

EGOIS

Hari ini saya belajar sesuatu yang baru,

Bahwa keegosian dan kekanak kanakan benar benar menjadi faktor utama
hancurnya sebuah hubungan.
Pihak pihak yang lebih mementingkan ego, dalam sekejap akan kehilangan apa yang sudah mereka bangun.
Seharusnya tanda tanda ini sudah terlihat sejak awal, tapi kemudian salah satu pihak memutuskan untuk menutup mata dan tidak ambil pusing
memutuskan untuk tetap melangkah, sembari terus mencoba
mana tahu ini bisa berhasil
selama ada niat baik disitu pasti ada jalan ujarnya.

tetapi yang namanya ego, pada akhirnya tetaplah menjadi pemenangnya
menghancurkan semua kepercayaan, semua janji janji dan semua kata kata yang menjadi pondasi utama bangunan yang telah mereka bina
hancur lebur hanya dalam hitungan detik..
tak bersisa

KEJUJURAN dan KETERBUKAAN adalah faktor utama menurut salah satu pihak tersebut
tetapi menurut pihak lain yang tidak mau ambil pusing (read: egois) hal tersebut tidaklah penting
padahal itu prinsip.
satu lagi kerikil yang bernama "lupa untuk saling menghargai" datang disini.

kerikil kerikil yang berbuah pertengkaran mulut selama berbulan bulan
menjadi semakin besar dan menggulung mereka yang ada didalamnya
setiap hari, satu kerikil keluar dari mulut dan pikiran mereka
membentuk lingkaran raksasa yang melumat habis rumah yang mereka coba untuk bangun
menghantam hingga hancur setiap sudutnya

Pada akhirnya kedewasaan tidak diukur dari pengalaman, tidak juga dari usia
Pada akhirnya keegoisan tetap menjadi pemenangnya,
Pada akhirnya kekecewaan menjadi kado utama dalam hubungan mereka
Pada akhirnya kepercayaan hanya tinggalah bunyi yang didengungkan saja

Mungkin saja ini memang jalannya
jalan yang dipilihkan sang khalik, agar keduanya kembali berkaca
dan berkata
HAI KEEGOISAN lagi lagi kau menang, dan menghancurkan harapan yang dulu sempat terbina
HAI KEEGOISAN lagi lagi kau berhasil menghancurkan janji dan jiwa yang sempat berbahagia

Hancur, Hilang dan Ditelan ombak kelamnya kata "EGOIS"
disana mereka berada sekarang,
menikmati kehancuran diri yang berkedok keikhlasan

(27 October 2014)


Friday, October 17, 2014

Pelangi setelah Badai

Saya selalu memberikan kesempatan lagi dan lagi untuk sesuatu yang masih saya yakini
Setiap kali saya terhempas ke sisi yang sama, saya selalu berusaha bangkit dan kembali yakin
semakin sering hal ini terjadi semakin kuat keyakinan saya akan satu hal..tidak mudah membangun "TOWER of TRUST" setelah beberapa kali kita dihempaskan oleh gelombang ombak yang sama.

Tidak mudah untuk memunguti serpihan serpihan kepercayaan yang retak karena hempasan yang begitu kerasnya. Namun demikian saya kembali mengumpulkannya menjadi sesuatu yang kembali utuh. Hanya karena saya MASIH PERCAYA.
Saya terus membangun benteng benteng untuk menguatkan argumen saya ketika ombak kembali menghempas saya ke tepian jurang.

Sebenarnya saya sendiri butuh untuk mengerti dan memahami sejenak, kenapa saya masih juga mau bergulung di ombak yang sama, padahal saya tahu, ombak tetaplah ombak, dan saya akan hancur karenanya, cepat atau lambat.

Jelas dia hanya ombak, dia hanya bergulung gulung semaunya tanpa peduli dengan saya dan sekitarnya, tanpa peduli pada karang karang yang siap memangsa saya, saat dia menghempaskan saya. Tak terperi sakitnya.

Sudah jelas, bahwa ombak tetaplah ombak....dia bukanlah pejuang, yang akan memperjuangkan kebahagiaan saya, hanya hempasan tajam yang dia selalu persiapkan untuk saya, setiap kali saya bangkit untuk kembali percaya.
Namun saya Percaya " GOD will give the best for ME"
Dia selalu ada disana setelah saya terhempas hingga hancur berkeping keping, Dia selalu ada ketika saya kembali kecewa atas keputusan saya.
Saya percaya ini bukan hanya tentang akhir, tetapi lebih kepada proses belajar, dimana kita terjatuh dan masih selalu berusaha untuk berdiri kembali. Karena sebuah Keyakinan tanpa tiang yang saya yakini, masih tetap berdiri tegak menuntun langkah saya untuk menghempaskan diri saya kembali kedalam gulungan ombak itu.

Yah..hidup sama seperti Judi,
Sebenarnya kita tidak pernah tahu, apa yang akan terjadi satu menit kedepan.
Sesungguhnya angin angin laut sudah membisikkan kepada saya, untuk melepas kepercayaan saya sejenak, mengambil nafas dan berpikir lebih jernih

Tuhan, Kau tau bahwa saya pasti bisa melewati badai ombak yang menggulung jiwa dan raga saya saat ini. Karena akan selalu ada Pelangi setelah Badai

October 2014

Wednesday, January 22, 2014

langkah

Setelah saya sadari
sudah cukup lama saya tidak mampir di blog ini,
sudah lama saya tidak menjadi pengisi dan pencerita setia blog ini,
seperti yg saya telah lakukan di masa lalu

Saya pun juga menyadari, kehidupan saya kembali terarah membentuk suatu pola
yang bahkan saya sendiri saat ini kurang paham akan menjadi pola apa jalan yang saya lalui kali ini
ada masa masa dimana saya butuh waktu untuk menyelami lebih dalam makna dari jalan yg saya tempuh saat ini
ada masa masa dimana saya butuh bersedeku untuk mengetahui apa yang harus saya lakukan untuk mengerti keadaan ini
butuh waktu untuk menyelami makna dari setiap kejadian yang saya lalui.

Kenyataannya, saya kembali terombang ambing dalam pola ini
saya kembali terbawa arus kuat untuk menikmati perjalanannya, tetapi bukan melihat ujungnya
bukankah kita berpacu dengan waktu,
bukankah kita berpacu dengan keinginan keinginan yg terkadang menghempaskan mimpi kita ke dinding tebal
disaat keinginan itu tidak tercapai
bukankah kita berpacu dalam mencapai angan yang juga tidak mudah kita dapatkan.
angan yang memaksa kita untuk terus bangun dipagi hari dan berjalan menyusuri hari tersebut.
angan yang terkadang memaksa kita melakukan hal yang tidak kita inginkan, tetapi harus...

Saya ternyata tetaplah saya, yang tidak pernah belajar dari sebuah pola
saya malah kembali terhanyut dalam pola ini, pola kali ini...
segurat ujung sebenarnya sudah tampak samar disana
hanya saja saya menutup mata kembali pura pura tidak tahu


saya hanya ingin berhenti sejenak, untuk melihat lebih jauh apa makna sebenarnya yang ingin ia berikan kepada saya
saya butuh bernafas, mencari secercah makna untuk perjalanan yang saat ini saya hadapi


di hadapan saya masih buram
masih bisu dan gelap
sebagai insan, saya hanya bisa meminta dan berharap bahwa pola kehidupan
yg saya jalani kali ini akan membuat saya tersenyum di akhir perjalanan nanti
walau ujungnya sudah terlihat dan saya rasakan, kembali sekali lagi saya menutup rasa.


Sejujurnya, saya dan seluruh tenaga saya mulai memudar,
memudar terhempas gulungan waktu dan pola yang kembali membelit jari jemari saya.
kepala dan tubuh saya.

hari ini saya bertekuk lutut, mencoba menengadah keatas, meminta kembali pertolongan-Nya
atas kehidupan yang saya jalani saat ini, seolah olah waktu menjerat saya, memperlambat kembali langkah kaki saya
untuk mencapai apa yang menjadi tujuan akhir saya.

saya hanya berucap,
mengapa harus seperti ini lagi, bukankah yang terdahulu sudah cukup menghempaskan saya,
atau saya sebenarnya tidak pernah belajar akan sesuatu dan menjadi jera


bekas torehan luka yang ada dalam pola hidup saya akan tetap akan menjadi bagian dalam hidup saya.
bekas torehan yang hingga kini masih bisa saya cicipi bekasnya masih akan membelenggu kehidupan saya di masa yang akan datang
sejak itu adalah pola hidup yang saya terima dan saya jalani saat ini.
maka saya yakin menurut Tuhan " Ya..cicipi saja rasanya,
toh bukankan itu duri yg telah kau pilih untuk melukai sudut sudut pilumu?"
saya seketika hanya terdiam dan kembali menata hati, kembali berjalan pelan menuju ujung pola ini,
saya sebenarnya hanya butuh tahu ujungnya, yang mana sudah dapat dipastikan saya tidak akan tahu hingga saya jalani

sejauh mata memandang semua masih abu abu adanya.
walau sudah terasa sedikit demi sedikit akhirnya


saya hanya pasrah
menjalani hari yang tak terasa bergulir begitu saja
termasuk manusia yang merugikah saya ini?
termasuk manusia yang tidak bersyukur kah saya ini?

seorang teman berkata beberapa hari yang lalu
berfokuslah pada apa yang kau miliki saat ini, tuhan hanya akan memberi lebih apabila kau bersuyur & mensyukuri
jalani setiap harimu dengan hati yang lurus, jatuhkan dan lempar jauh ketidaknyamanan yang membelit hatimu
bentuk dan susun serpihan tubuhmu, agar ketika permainan ini usai dan tuhan memanggilmu
kau dengan senyuman kemenanangan sudah dapat melihat dirimu dalam bentuk yang utuh